Thursday 14 April 2016

SISTEMATIKA FILSAFAT

Tugas               :           Individu
Mt. Kuliah       :           Filsafat & Logika


SISTEMATIKA FILSAFAT











Di Susun
Oleh       :           Gustina
Nim        :           1310005
Kelas      :           A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
TAHUN AJARAN 2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha Agung lagi bijaksana. Atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, hanya dialah sumber dari segala ilmu pengetahuan, dia memiliki jangkauan ilmu yang luas. Dibandingkan dengan ilmunya, niscaya ilmu yang diberikan kepada penulis ibarat setitik air di samudera yang luas.
Makalah ini penulis susun sedemikian rupa dengan berbagai keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun itu tidak mengurangi motivasi penulis dalam merampungkan penulisan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah yang sederhana ini dapat memperkaya  cakrawala keilmuan kita dan hendaknya bermanfaat bagi kita semua. Amin.

     Makassar, 25 Desember  2013

                      Penyusun


Gustina


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan masalah........................................................................................ 2
C.     Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Defenisi Filsafat........................................................................................... 3
B.     Sistematika Filsafat Menurut Para Filosof................................................. 13
C.     Sistematika Filsafat Menurut Lapangan Penyelidikan.............................. 14
BAB III PENUTUP............................................................................................. 17
A.    Kesimpulan................................................................................................ 17
B.     Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... iii







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sistematika merupakan Hasil berpikir tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada yang mana sudah terkumpul dari buku-buku tipis dan tebal disusun secara sistematis.
Ketika mendengar istilah filsafat maka yang terbayangkan dalam benak pikiran adalah ibarat “moster” yang seram dimana kita akan kesulitan dalam mengerti, memahami, filsafat itu sendiri. Filsafat dari sini melahirkan mitos-mitos dalam seputarnya, seperti kita jangan terlalu serius dalam belajar filsafat. Bila orang tidak kuat, jangan-jangan otak kita akan menjadi gila. Jika kita mau melihat sebenarnya filsafat merupakan lahir dari kehidupan sehar-hari dan kita melaluinya. Mitos tentang filsafat tersebut tersebar di orang awam. Tetapi, sebagaian agamawan pun, mengatakan agamawan dikarenakan orang agamawan dalam pemikirannya cenderung menerima kebenaran secara multak. Tetapi itu akan berlainan jika kita melihat dari pemikiran kaum filosof ia menerima kebenaran yang bersifat tidak mutlak, dikarenakan pola pemikirannya yang bersifat induktif. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan, dikarenakan dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari esensinya.
Filsafat mencoba memberikan gambaran tentang pemikiran manusia secara keseluruhan, dan bahkan tentang realitas jika hal ini diyakini dapat dilakukan. Dalam perkembangan sejarah istilah filsafat, falsafah, atau filosofi ternyata dipakai dengan arti yang beraneka ragam, bagi orang Yunani Kuno filsafat secara harfiah berarti cinta kepada kebijaksanaan, namaun dalam keadaan sekarang digunakan dalam banyak konteks. Memiliki falsafat dapat diartikan memiliki pandangan hidup, seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai tertentu. Istilah filusuf semula bemakna pecinta kebijaksanaan dan berasal dari jawaban yang diberikan oleh Phytagoras ketika ia disebut bijak. Ia berkata bahwa kebijaksanaannya hanya berarti kesadaran bahwa ia bodoh, sehingga ia tidak dapat disebut bijak tetapi orang mencari kebijaksanaan. Disini kebijaksanaan tidak dibatasi dari bagian tertentu dari pemikiran. Permasalah yang berada dalam filsafat menyangkut pertanyaan, pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan yang logis antara ide-ide yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, penyusun dapat merumuskan bahwa:
1.      Apa devenisi dari filsafat  ?
2.      Bagaimana sistematika filsafat menurut para filosof  ?
3.      Bagaimana sistematika filsafat menurut lapangan pendidikan ?

C.    Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum tentang sistematika dan filsafat
Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui devenisi dari filsafat 
2.      Untuk mengetahui sistematika filsafat menurut para filosof 
3.      Untuk mengetahui sistematika filsafat menurut lapangan pendidikan
                                                                                                       


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sistematika Filsafat
Sistematika Filsafat adalah hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada yang telah tersusun secara sistematis. Sistematika filsafat bisa disebut juga dengan struktur filsafat. Filsafat beserta cabang-cabangnya secara sederhana terbagi menjadi tiga macam yang menjadi lahan kerja filsafat, nyaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga dari lahan garapan filsafat tersebut termuat dalam tiga pertanyaan dimana dalam ontologi bertanya tentang apa. Pertanyaan apa tersebut merupakan pertanyaan dasar dari sesuatu. Sedangkan dalam epistemologi mengenalinya dengan menggunakan pertanyaan mengapa. Pertanyaan mengapa ini merupakan kelanjutan dari mengetahui dasar dan pertanyaan mengapa merupakan kajian bagaimana cara mengetahuinya tersebut. Sedangkan untuk aksiologi merupakan kelanjutan dari dari epistemologi dengan menggunakan pertanyaan bagaimana. Pertanyaan bagaimana tersebut merupakan kelanjutan dari setelah mengetahui dan cara mengetahuinya diteruskan dengan bagaimanakah sikap kita selanjutnya. Kalau menurut Imanuel Kant bahwa sistematika dalam filsafat mencangkup dengan tiga pertanyaan apa yang dapat saya ketahui, apa yang dapat saya harapkan, apa yang dapat saya lakukan. Pertanyaan tersebut mewakili dari wilayah pengetahuan ada, dan nilai.
1.      Teori Hakikat (ONTOLOGI)
Teori hakikat atau ontologi membicarakan tentang objek-objek yang menghasilkan filsafat  atau objek untuk memperoleh pengetahuan. objek itu dipikirkan sampai pada hakikatnya, maka dari itu teori ini disebut teori hakikat atau ontologi.  pembahasan teori hakikat sangat luas mencakup segala yang ada dan mungkin ada. hakikat ialah realitas, atau kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara, menipu atau yang berubah-ubah.
Berbicara tentang realitas benda-benda apakah sesuai dengan penampakannya (appearance), mucul beberapa aliran:
v  Materialisme
Menurut aliran materialisme, hakikat benda adalah materi, yaitu benda itu sendiri.
v  Idealisme
Menurut aliran idealisme hakikat benda adalah rohani.
v  Dualisme
Sesuai dengan namanya, aliran ini mempercayai bahwa hakiakat benda adalah materi dan rohani.
v  Agnositisme
Lain halnya dengan aliran-aliran diatas, aliran ini percaya bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda
ü  KOSMOLOGI
Kosmologi adalah cabanng filsafat yang membicarakan tentang hakikat asal, susunan, juga tujuan alam (kosmos). dalam cabang ini dibicarakan tentang hakikat kosmos, asal, tujuan, bagaimana asal mulanya, bagaimana evolusi, bagaimana susunannya, dan lain-lain.
ü  ANTROPOLOGI
Antropologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat manusia. contohnya apa manusia? dari mana asalnya? apa akhir atau tujuannya?
menurut materialisme hakikat manusia adalah materi, artinya terlihat. Rohani ada tapi bukan merupakan hakikat. mereka percaya bahwa jika badan hancur, Roh akan hancur bersamaan dengan hancurnya badan. asal manusia adalah dari Yang hidup, dan mati adalah hal yang sederhana. sedangkan menurut idealisme hakikat manusia adalah roh. bergantung pada tuhan, surga dan neraka. dan mati adalah lanjutan hidup di dunia ini.


ü  THEODICEA
Theodicea adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang tuhan dari segi pikiran (akal). contohnya apakah tuhan itu ada? bukti-buktinya apa? sifatnya, kemauannya dan lain-lain. tentang ini mucullah isme-isme berikut:
ü  Teisme, adalah paham yang menyatakan bahwa tuhan itu ada, mereka menyimpulkan itu melalui pemikiran.
ü  monoteisme adalah paham yang meyatakan tuhan itu esa,
ü  Triniteisme menyatakan tuhan itu satu tapi beroknum tiga, Politeisme menyatakan tuhan itu banyak, sedangkan
ü  Panteisme dan Panenteisme menyatakan bahwa antara alam dan tuhan itu tidak ada jarak. tuhan ialah alam.
ü  Ateisme, paham yang menyatakan bahwa tuhan itu tidak ada, bukan karena ketidak tahuannya. penganut aliran ini salah satunya ialah Marxisme, Holbach, dan lain-lain. ateisme adalah anak materialisme.
ü  Agnostisisme, paham ketuhanan yang terletak diantara paham teisme dan ateisme. paham ini menyatakan bahwa manusia tidak dapat memastikan tuhan itu ada atau tidak.
2.      Teori Pengetahuan (EPISTIMOLOGI)
Teori pengetahuan atau epistimologi membicarakan tentang sumber pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. contohnya ketika manusia baru lahir ia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun, lalu setelah berumur 30 tahun pengetahuan yang ia miliki banyak. nah, epistemologi membicarakan bagaimana mereka mendapatkan pengetahuan itu. istilah epistemologi pertama kali diperkenalkan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).
Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaiti pengetahuan sains, pengatahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. ada beberapa aliran yang membicarakan tentang ini:



a)      Empirisme
Kata empirisme berasal dari kata yunani empeiria yang bereti pengalaman. Bapak aliran ini ialah John Locke (1632-1704). aliran ini berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melelui pengalaman, yaitu pengalaman inderawi.
Kelemahan aliran ini ialah indera terbatas, contohnya benda yang jauh terlihat kecil. indera menipu, contohnya gula pahit rasanya bagi orang yang sakit. dan objek menipu contohnya ilusi atau fatamorgana.
b)      Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar  kepastian pengetahuan. pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. dan manusia memperoleh pengetahun melelui kegiatan akal menangkap objek. bapak aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650). aliran ini mengoreksi kelemahan aliran empirisme, sendainya akal digunakan maka kelemahan itu tak akan terjadi. contohnya benda yang jauh kelihatan kecil karena bayangannya yang jatuh di mata kecil, kecil karena jauh. gula pahit bagi orang yang demam karena lidah orang yang demam tidak normal. fatamorgana adalah gejala alam dan sebagainya.
c)      Positivisme
Aliran ini berpendapat bahwa indera itu amat penting untuk memperoleh pengetahuan, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan dikuatkan oleh eksperimen. kekeliruan indera dapat dikoreksi melalui eksperimen dan ukuran eksperimen harus jelas, panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran dan lain sebagainya. Bapak aliran ini ialah Aygus Compte (1798-1857). aliran ini tidak berdiri sendiri. ia hanya menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama.  ia menyempurnakannya dengan eksperimen-eksperimen untuk memperoleh pengetahuan yang tepat.
d)     Intuisionisme
Aliran ini berpendapat bahwa tidak hanya akal yang terbatas, indera juga terbatas. objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang berubah-ubah, dan pengetahuan kita tentangnya tak pernah tetap. maka dari itu, Henri Bergson (1859-1941) bapak aliran ini menyuguhkan intuisi sebagai cara untuk menghasilkan pengetahuan yang utuh, tidak seperti indera dan akal yang hanya menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial).  kemampuan intuisi ini adalah hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi dari kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia.
3.      Teori Nilai (AKSIOLOGI)
Teori nilai atau aksiologi membicarakan tentang kegunaan pengetahuan atau filsafat. untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat dari tiga hal:
·         Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, yaitu filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. contohnya jika kita hendak  ikut membentuk dunia atau hendak mendukung suatu ide atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atausistem politik, maka sebaiknya anda lebih dulu mempelajari teori-teori filsafatnya. inilah kegunaan memplajari teori-teori filsafat.
·         Filsafat sebagai philosophy of life, yaitu filsafat sebagai pandangan hidup yang berfungsi untuk menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan.
·         Filsafat sebagi methodology, yaitu filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah. dalam hal ini, tentunya dalam memecahkan masalah fisafat memecahkan masalah secara mendalam dan universal sehingga ditemukan akar penyebab suatu masalah.
ü  LOGIKA
Istilah logika pertama kali dikemukakan oleh Zeno dari Citium (334-262SM). Logika menurut bahasa berarti sesuatu yang diutarakan, sesuatu yang pertimbangan akal (pikiran). Secara etimologis berarti suatu pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika dapat juga dinyatakan cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal dan prosedur non formatif, serta kriteria yang benar bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
ü  ETIKA
Dalam sejarah filsafat barat, etika adalah cabang filsafat yang amat berrpengaruh sejak jaman socrates. Etika membahas baik buruknya tingkah laku dan tindakan manusia serta menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana seharusnya berbuat dan bertindak.
ü  ESTETIKA             
Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah estetika pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten lewat karyanya Meditationes Philisopicae de nonnulis ad poema pertinentibus (1753).
 Estetika dapat dibagi menjadi beberapa bagian, ada yang mengatakan:
Estetika deskriptif dan normatif, estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomene-fenomene pengalaman keindahan, estetika normatif mempersoalkan dan menyelidiki hakika, dasar, dan ukuran keindahan.
Filsafat seni (philosophy of art) dan filsafat keindahan (philosophy of of beauty), filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya-karya seni dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang diberikan seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas, sedangkan filsafat keindahan membahas apakah keindahan itudan apakah nilai indah itu objektif atau subjektif.
Satu definisi fiilsafat : filsafat ialah mencari kebenaran dari benaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di permasalahkan , dengan berpikir secara radikal , sistematik dan universal.
Filosof yaitu orang yang berani dalam pemikiran , selanjut nya berani dalam sikap hidup dan pandangan dunia sebagai hasil dari pemikiran itu sendiri.
Adapun definisi filsafat menurut filosof, yaitu :
1.      Plato (427-348 SM)
Mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli., karena kebenaran mutlak ditangan tuhan atau disingkat dengan pengetahuan tentang segala yang ada (dalam Anshari, 1990 : 83).
2.      Aristoteles (384-322 SM) :
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, sosial budaya dan estetika atau menyelidiki sebab dan asas segala benda (dalam Alisjahbana, 1981 : 2 dan Hasbullah Bakry, 1986 : 11)
3.      Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
Filsafat adalah ilmu tinggi-tinggi saja dan jalan untuk mencapai ilmu itu. Filsafata adalah induk segala ilmu.
4.      Epicuros
Filsafat sebagai jalan mencari kepuasan dan kesenangan dalam hidup.
5.      Kant
Filsafat adalah pokok  dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
6.      Leibniz
Filsafat diibaratkan dengan akar suatu pohon , maka dahan- dahan pohon itu terjadi ilmu yang lain satu demi satu.

7.      Johann Gotlich Fickte (1762-1814)
Fickte menyebutkan filsafat sebagai Wissenchaftslehre : ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang jadi dasar segala ilmu.
8.      Herbart
Filsafat ialah mengerjakan pengertian-pengertian dari ilmu –ilmu yang lain.
9.      Paul natorp
Filsafat adalah ilmu dasar yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan jalan menunjukkan dasar akhir yang sama.
10.  Windelband
Windelband mengatakan sifat filsafat adalah merentangkan pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata.
11.  Al – Kindi
Sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan :
v  Ilmu fisika (ilm-at-thibiyyat), merupakan tingkatan rendah
v  Ilmu matematika (ilm-ar-riyadhi), merupakan tingkatan tengah
v  Ilmu ketuhanan (ilm-ar-rububiyyah), merupakan tingkatan tertinggi.
12.  Al- Farrabi (wafat 950 SM)
Filsafat adalah pengetahuan tentang yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya (dalam Anshari,loc.Cit)
13.  Imannuel Khant (1724-1804)
Filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan yaitu :
a.       Apakah yang dapat kita ketahui ? (dijawab oleh metafisika)
b.      Apakah yang boleh kita kerjakan ? (dijawab oleh agama)
c.       Sampai dimanakah pengharapan kita ? (dijawab oleh etika)
d.      Apakah yang dinamakan manusia ? (dijawab oleh filsafat antropolog)

14.  Prof. DR. Fuad Hasan (1973 :7, Guru Besar Psikologi UI)
Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal dalam arti mulai dari radixnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan jalan penjajahan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan pemikiran yang universal.
15.  Rene Descrates (1590-1650)
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan (dalam Hasbullah Bakry, 1961 : 11).
16.  Phytagoras (582-496 SM)
Filsafat adalah “the love of wisdom” atau cinta akan perenungan tentang Tuhan atau kontemplasi).
17.  Hasbullah Bakry
Memberi defenisi filsafat dengan “ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengn mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai manusia”
18.  Poedjawijatna (Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974:11)
Mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka.
19.  Kattsoff (1963) di dalam bukunya Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang "filsafat":        
v  Filsafat adalah berpikir secara kritis.
v  Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
v  Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut.
v  Filsafat adalah berpikir secara rasional.
v  Filsafat harus bersifat komprehensif.

20.  Windelband,
Seperti dikutip Hatta dalam pendahuluan Alam Pikiran Yunani, "Filsafat sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata."
21.  Magnis,
"Filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau membebek saja, yang tidak hanya mau menelan mentah-mentah apa yang sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak-pihak lain.
22.  Al-Syaibany (1979 : 36)
Mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan.
23.  Francis Bacon
Mengatakan bahwa Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan dari bidangnya.
24.  Jhon Dewey
Sebagai tokoh Pragmatis, Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengukapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang mmbentuk budi manusia terhadap kecendrungan-kecendrungan ilmiah dan cita-cita politik yang dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.

25.  Epicuros
Epicuros memandang filsafat sebagai jalan mencari kepuasan dan kesenangan dalam hidup. Ia berguna buat praktek hidup didunia. Filsafat membentuk pandangan dunia dan sikap hidup. Dengan terjawabnya masalah-masalah yang rumit (yang menggelisahkan filosof), puaslah dia. Pengertian sempit membawa orang sempit berfikir. Filsafat membawa kepada berfikir luas dan dalam sehingga menimbulkn kepuasan.
26.  Leibniz
Leibniz membandingkan filsafat dengan akar suatu pohon, maka dahan-dahan pohon itu terjadi dari ilmu yang lain satu demi satu. Dahan tumbuh dan diberi makan oleh akar. Tanpa akar dahan itu akan layu dan akan mati. Demikian perbandingan antara filsafat dan ilmu.
27.  Ibnu Sina
Ibnu Sina juga memberi filsafat dalam teori dan praktek. Kedua itu dihubungkannya dengan agama. Dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang menjelaskan dan kelengkapannya didapatkan dengan tenaga akal manusia.
B.     Sistematika Filsafat Menurut Para Filosof 
Ada beberapa sistematika filsafat menurut para filosof yaitu:
1.    H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut: metafisika, logika, ajaran tentang ilmu pengetahuan, filsafat alam, filsafat sejarah, etika, estetika, dan antropologi.
2.    Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu: masalah teologis, masalah metafisika,  masalah epistomologi, masalah etika,  masalah politik, dan masalah sejarah.
3.    Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu:
a.    Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.
b.     Filsafat teoretis. Cabang ini mencangkup: ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini, ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam  kuantitasnya, ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat.
c.     Filsafat praktis. Cabang ini mencakup: ilmu etika. yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorang, ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam negara.
d.   Filsafat poetika (Kesenian). Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan.
1)   Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
2)   Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3)   Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4)   Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5)   Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
6)   Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
C.    Sistematika Filsafat Menurut Lapangan Pendidikan
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi normative ilmiah, yaitu:
Pendekatan Progresif
1.      Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi atau filsafat social humanisme, yang skeptis terhadap kenyataan yang metafisis transcendental
2.      Kenyataan adalah perubahan artinya kenyataan hidup yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang
3.      Bahwa tujuan dan dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh perkembangan tenaga pengambang sejarah atau sosial manusia
4.      Bahwa antara tujuan dan alat sarana hidup dan penghidupan manusia ditentukan oleh tenaga social dan keduanya bersifaat kontinyu. Sehingga tujuan adalah alat untuk tujuan selanjutnya
Pendekatan Tradisional
1.      Bahwa dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan normatif yang lain, sehingga mempelajari filsafat harus mengetahui tentang filsafat
2.      Bahwa nilai norma yang benar adalah nilainorma yang absolud, universal dan obyektif
3.      Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan saran yang baik pula
4.      Bahwa faktor-faktor pengembang dan social adalah memberikan alat dan tujuan kemakmuran hidup sebagai tujuan hidup dan pendidikan yang didasarkan pada aliran filsafat tertentu
Klasifikasi aliran aliran filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
a)    Kategori filsafat pendidikan akademik skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yang tradisional meliputi aliran paranialisme, essensialisme, idialisme, dan realisme dan kelompok progesiv meliputi progressivisme, rekontruksionisme, dan eksistensialisme.
b)   Kategori filsafat religius thheistis meliputisegala macam aliran agama yang paling tidak terdiri atas empat besar agama di dunia dan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing.
c)    Kategori filsafat sisial politik. Kategori ini dalam sejarah dikenal bermacam aliran antara lain aliran humanisme, nasionalisme, liberalisme, sekuralisme, iasisme dan sosialisme.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Filsafat adalah kegiatan berfikir berusaha untuk mencapai kebijaksanaan.
2.    Ada beberapa sistematika filsafat menurut lapangan penyelidikan yaitu:
a)      H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut: metafisika, logika, ajaran tentang ilmu pengetahuan, filsafat alam, filsafat sejarah, etika, estetika, dan antropologi.
b)      Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu: masalah teologis, masalah metafisika,  masalah epistomologi, masalah etika,  masalah politik, dan masalah sejarah.
c)      Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis menjadi empat cabang
3.    Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi normative ilmiah, yaitu: pendekatan progresif dan pendekatan tradisional.

B.  Saran







DAFTAR PUSTAKA






No comments:

Post a Comment